Media
Sosial seolah menjadi barang murah, bahkan gratisan, yang dapat
dinikmati oleh setiap orang. Tidak sulit mencarinya. Semua seolah
tersaji di hadapan mata. Sekarang keputusannya ada di tangan anda, mau
atau tidak. Olah pikir, keingintahuan, atau keisengan dapat saja
menggerakkan jari tangan untuk mendaftar di sebuah media sosial. Mudah
dan praktis untuk mulai mencicipi media sosial. Pertanyaannya, apakah
rasa dan aromanya itu lezat, pahit, kecut, asam, atau campur aduk?
“Ah, bosan lihat loe ngeblog mulu!”“Pagi-pagi sudah OL, bukannya ngerumpi sama temen”“Apa sih untungnya ngeblog selain narsis!”“Cuma one line post, tidak ada manfaatnya!”“Semua serba online, belum tentu produktif!”
Itulah
beberapa komentar atau uneg-uneg teman yang cenderung negatif, bakan
ajakan konfrontatif mengenai aktivitas orang-orang dalam media sosial.
Pernyataan dan pertanyaan tersebut juga sering saya dengar juga di dunia
akademik. Ragam sikap dan prilaku dalam menyikapi kehadiran atau
menggauli media sosial pun menjadi fenomena yang researchable di mata para akademisi.